Sri Mulyani Ingin Mundur Akibat Prabowo

Isu yang menyebutkan niatan Sri Mulyani mundur dari kabinet Jokowi semakin kencang. Hal ini diperkuat dengan Yustinus Prastowo, pejabat Kementerian Keuangan dan pengikut Sri Mulyani yang telah mengundurkan diri dari jabatannya. Sumber Tempo membenarkan bahwa Menteri Keuangan yang sedang menjabat tersebut memang berniat untuk mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Maju. Namun, ia masih mempertimbangkan beberapa hal sebelum benar-benar mundur. Salah satunya adalah keinginannya untuk mencari penerus yang benar-benar kompeten dalam mengurus APBN setelah dirinya.

Sri Mulyani dikabarkan ingin mundur karena hubungannya dengan Prabowo. Source: Biro Pers RI

Lantas, mengapa Sri Mulyani mempertimbangkan mundur dari jajaran pembantu Jokowi? Sumber yang sama menyatakan bahwa ia tak sepemahaman dengan Menteri Pertahanan dalam urusan anggaran. Terakhir, Sri Mulyani menolak pengajuan pembelian 12 pesawat tempur bekas dari Qatar. Diketahui pesawat jet Mirage 2000-5 tersebut dapat menghabiskan 12,4 Triliun rupiah dan masih perlu dipelihara lagi oleh Indonesia. Menteri Keuangan yang dikenal dengan kebijakan fiskal yang ketat tersebut tidak terlalu menyukai jor-joran belanja anggaran seperti apa yang disarankan oleh Prabowo Subianto tersebut.

Apalagi, Prabowo kemudian menyeret nama Sri Mulyani saat debat ketiga capres-cawapres yang diselenggarakan pada beberapa waktu yang lalu. Ketika ditanya oleh Ganjar terkait dengan Minimum Essential Force Indonesia yang tidak memenuhi target, Prabowo mengatakan bahwa usahanya untuk memenuhi target tersebut dihalangi oleh Kementerian Keuangan. Memang, Sri Mulyani menolak beberapa jor-joran beli alutsista yang diajukan oleh Kementerian Pertahanan. Sri Mulyani hanya tersenyum mendengar kabar namanya dibawa-bawa dalam debat tersebut.

Sedangkan Faisal Basri, ekonom senior, mendorong para menteri seperti Sri Mulyani agar mundur dari barisan Jokowi. Pasalnya, baginya, perilaku politik Presiden sudah kelewatan, seperti langkah-langkah yang menyebabkan naiknya GIbran menjadi calon wakil presiden. Ia yakin Sri Mulyani memiliki ‘keresahan’ terkait dengan perkembangan yang terjadi beberapa bulan terakhir.

Jika Sri Mulyani memang benar akan mengundurkan diri akibat regangnya relasi dengan Prabowo, maka hal ini tentu akan memiliki efek domino. Piter Abdullah dari Segara Institute menyebutkan bahwa sikap Menkeu tersebut akan membuat mereka yang sudah yakin tidak akan mendukung Prabowo menjadi lebih yakin lagi. Bagaimanapun juga, Sri Mulyani adalah satu dari sedikit menteri Jokowi yang mendapatkan banyak dukungan di lapisan masyarakat. Apalagi telah diketahui bahwa presiden petahana, Jokowi, lebih cenderung memilih pasangan Prabowo – Gibran untuk menjadi pemimpin Indonesia.

Sedangkan Mohamad Faisal dari Center of Reform on Economics Indonesia mengatakan bahwa mundurnya Sri Mulyani akan memberikan kabar bahwa ada yang tak beres dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal ini benar adanya akibat stabilitas ekonomi Indonesia pada beberapa tahun terakhir ditopang oleh disiplin fiskal yang diterapkan oleh Sri Mulyani. Ia diketahui sangat alergi dengan proyek yang tidak jelas hasilnya taupun penganggaran yang tidak dilakukan secara ketat. Beberapa proyek besar-besaran yang dianggap tidak efisien banyak berasal dari Kementerian Pertahanan, seperti pembelian alutsista ataupun proyek food estate yang dikelola oleh Prabowo.

Hal ini tidak menganehkan jika mengingat Sri Mulyani merupakan ekonom yang menganut keketatan fiskal yang sering dipromosikan oleh ideologi ekonomi dunia pada beberapa dekade terakhir. Apalagi, Sri Mulyani juga merupakan mantan Direktur Bank Dunia yang terkenal sangat mendukung kesehatan finansial dari suatu negara. Setiap proyek maupun anggaran perlu dijelaskan dan diketatkan penyusunannya agar tidak boros atau menghambur-hamburkan uang negara. Kebijakan-kebijakannya dikenal sebagai salah satu aspek dari kestabilan ekonomi saat melewati masa-masa krisis Covid-19.

Exit mobile version