Ramai Capres – Cawapres Kritik Kebijakan Pupuk Pemerintah

Menjelang pemilu 2024, kampanye-kampanye dari paslon 01 dan 03 ramai mengkritik kebijakan pupuk pemerintah. Mereka menganggap kelangkaan pupuk yang tak bisa ditangani dengan subsidi merupakan salah satu kelemahan pemerintahan yang sekarang sedang memimpin. Selain itu, dimanapun mereka berkampanye, mereka selalu mendapatkan keluhan dari masyarakat soal situasi kelangkaan pupuk yang mereka hadapi.

Pada kampanye akbar di Semarang, Sabtu (10/2) ini, Mahfud MD berjanji bahwa jika ia dipilih, ia akan memastikan bahwa tidak ada kelangkaan pupuk bagi para petani dan pekebun. Sebelumnya juga dalam debat calon wakil presiden, ia mengkritik kebijakan naiknya subsidi pupuk dari tahun ke tahun, namun harganya masih tetap tinggi. Petani sangat sedikit, lahan petani sangat sedikit, tetapi subsidi pupuk makin besar, pasti ada yang salah” ujar Mahfud dalam debat tersebut.

Para capres dan cawapres sindir pupuk. Source: KPU RI/Youtube

Partner Mahfud, Ganjar, juga pernah mengkritik Prabowo yang mengatakan bahwa Jawa Tengah memiliki permasalahan kelangkaan dan tingginya harga pupuk. Ganjar mengatakan bahwa sebagai mantan ketua HKTI, Prabowo seharusnya mengetahui bahwa masalah pupuk merupakan masalah nasional. Tak hanya itu, ia juga seharusnya mengetahui bahwa data petani di Indonesia masih berantakan.

Di kesempatan lain, Ganjar sempat mengatakan bahwa produksi pupuk harus disiapkan secara serius. Yang mesti disiapkan adalah produksi pabrik, produksi pupuk dari pabrik dan cara distribusinya, sehingga kelompok ini akan bis amemenuhi kebutuhannya” ucap Ganjar di Gudang Tembakau Empatlima, Klaten, desember (27/12) silam.

Sedangkan cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar, mengatakan bahwa ketidakseriusan pemerintah mengatasi masalah pupuk adalah indikasi dari permasalahan yang lebih besar. “Wong pupuk petani aja nggak diurus, apalagi pekerja kreatif” ujar Cak imin dalam acara Slepet Imin edisi Yogyakarta.

Tak hanya itu, Cak Imin juga mengatakan bahwa pupuk di Indonesia sudah mengalami permasalahan sejak sebelum perang Rusia-Ukraina. “Para petani menderita, saya kira lebih dari 10 tahun ya menderita ini, ya? Pupuk sulit” ujarnya saat berdialog dengan petani Kabupaten Bandung pada awal tahun ini (3/1).

Exit mobile version