NU Netral Atau Berpihak Saat Pilpres?

Para petinggi Nadhlatul Ulama atau NU sibuk mendeklarasikan bahwa NU bersikap netral saat Pilpres 2024. Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar NU sebut mereka netral dan secara organisasi tidak akan mendukung calon tertentu. Yahya juga sebut bahwa jika seorang pengurus struktural PBNU akan bergabung pada tim kampanye capres – cawapres, mereka harus terlebih dahulu nonaktif dari jabatannya dalam organisasi. Tak hanya itu, mereka yang maju menjadi calon anggota legislatif juga harus melakukan hal yang sama.

NU nyatakan netral dalam pemilu. Source:NU Online/Aji

Tokoh NU juga sudah mengatakan bahwa NU harus netral dan tidak boleh berada dalam urusan memenangkan calon tertentu. Kiai Mustofa Bisri atau sering disebut sebagai Gus Mus mengatakan bahwa Pilpres “bukan urusannya NU” dan bahwa urusan organisasi Islam tersebut adalah memperbaiki Indonesia, “bukan memenangkan capres“. Bahkan ia menyatakan bahwa ia akan keluar dari acara Konferensi Besar dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU pada Senin (29/1) hari ini.

Tak hanya itu, Yenny Wahid selaku Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis PBNU sebut bahwa organisasi Islam terbesar dan tertua di Indonesia tersebut harus tetap netral. NU yang bersifat netral harus menjadi contoh bagi organisasi-organisasi lain. Tak hanyua itu, ia juga mengajak agar para kiai tetap terjaga kehormatannya dan dapat mengayomi semua pasangan calon.

Klarifikasi-klarifikasi ini muncul di tengah dugaan bahwa kepengurusan NU sedang mendorong pasangan Prabowo dan Gibran agar lolos menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Misalnya, dalam laporan Tempo, PWNU Jawa Barat mengumpulkan para pengurusnya dalam rangka mengkonsolidasi pemilihan paslon 02 dalam Pilpres mendatang.


Dalam rapat itu, disebutkan bahwa terdapat profiling untuk tiga calon yang maju dalam gelanggang pemilu tersebut. Namun, hanya pasangan Prabowo – Gibran yang dibicarakan secara positif. Ganjar – Mahfud dianggap melanggar norma karena tidak dulu bilang ke NU bahwa kader mereka, Mahfud, akan jadi Cawapres. Sedangkan Anies dan Muhaimin dianggap identik dengan Islam garis keras. Tak hanya itu, mereka juga mempertanyakan tidak ada komunikasi untuk menaikkan Muhaimin, tokoh NU, sebagai Cawapres.

Tak tanggung-tanggung, dalam pertemuan NU tersebut, hanya Prabowo dan Gibran yang dianggap akan meneruskan kinerja dan program Jokowi. Lebih dari itu, dalam pertemuan kader muslimat NU, para anggota organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut juga diminta dalam Pilpres mengikuti arahan salah satu tokoh muslimat NU, yaitu Khofifah Indar Parawansa. Sedangkan Khofifah mendukung pasangan Prabowo dan Gibran dalam Pilpres 2024 mendatang.

Suara dari massa Nadhlatul Ulama memang krusial bagi para calon presiden dan wakil presiden untuk memenangkan kampanye mereka. Terhitung bahwa organisasi tersebut memiliki lebih dari 90 juta anggota, aktif ataupun tidak, di seantero Indonesia. Menggaet populasi NU sangat penting bagi para calon ini, meskipun secara organisasi NU memang tetap harus netral dalam gelanggang pemilihan umum.

Exit mobile version