Mengapa Jokowi Gencarkan Bansos Jelang Pemilu?

Jokowi dicurigai menggunakan program bansos sebagai cara untuk membantu anaknya, Gibran Rakabuming Raka, agar lolos jadi Wakil Presiden. Kecurigaan ini dimulai dari bagaimana program bansos tiba-tiba jadi gencar menjelang pemilu. Ketika ditanyakan tentang tujuan dari pembagian bansos besar-besaran ini, Jokowi mengatakan bahwa ia ingin membantu masyarakat agar keluar dari dampak El Nino. Padahal, pakar telah menyatakan bahwa masa El Nino sudah lewat.

Bansos yang dibagikan Jokowi dianggap rawan politisasi.. Source: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden

Kecurigaan soal bansos dari Jokowi berkembang akibat daerah-daerah yang ia datangi adalah tempat Prabowo kalah dalam Pemilu 2019 terakhir. Diduga bansos yang diberikan Jokowi diberikan untuk mendongkrak suara partner dari anaknya dalam Pilpres 2024 mendatang. Apalagi, beberapa anggota partai pendukung Prabowo – Gibran telah mengkonfirmasi hal tersebut kepada tim Tempo dalam laporan yang dirilis hari ini (27/1).

Dalam laporan yang sama pula, beberapa warga penerima bansos merasa bingung atas bantuan yang tiba-tiba turun. Masyarakat Bajo di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, merasa bansos diberikan secara tidak tepat sasaran dan disalurkan tidak melalui pemerintahan desa. Kejadian serupa juga dirasakan warga di Kuta, Lombok Tengah.

Tak hanya itu, kekhawatiran diperkuat dengan bagaimana Jokowi menyalurkan langsung bansos-bansos ini. Misalnya adalah ketika ia membagikan bantuan berupa beras di Lapangan Klumpit, Salatiga, pada senin (22/01) kemarin. Ia memang akhir-akhir ini sering membagikan bansos di wilayah Ganjar Pranowo, Capres nomor urut 03.

Politisasi bansos oleh Jokowi semakin hari semakin terlihat secara jelas. Diawali dengan Zulkifli Hasan yang meminta penerima bansos untuk memilih calon tertentu, dilanjutkan oleh Airlangga Hartarto yang melakukan hal serupa dan penemuan stiker Prabowo – Gibran di paket-paket bansos yang diberikan. Sudah sejak lama, tindakan politisasi bansos ini mengundang kritik dari pengamat politik maupun akademisi.

Exit mobile version