Debat Capres Tidak Berpengaruh Bagi Keputusan Pemilih?

Debat antara calon presiden diselenggarakan kembali oleh KPU. Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto bertemu kembali untuk kedua kalinya dalam jajaran debat yang diselenggarakan lima kali. Tiga untuk Capres, dan dua untuk Cawapres. Tema dari masing-masing debat didesain untuk melingkupi seluruh permasalahan negara. Kali ini, tema yang diusung adalah Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik. Ketiga calon presiden harus memastikan bahwa mereka memiliki wawasan dan visi misi yang mumpuni untuk mengarahkan Indonesia di tengah situasi global yang sedang tidak pasti ini.

Sumber: KPU RI/Youtube

Debat Capres maupun Cawapres disiarkan langsung secara gratis di televisi dan di layanan streaming melalui Youtube. Alhasil, siapapun yang memiliki televisi atau memiliki gawai dengan jaringan internet dapat secara bebas menonton para calon pemimpin negaranya ini untuk memaparkan apa yang akan mereka lakukan jika terpilih. Selain itu, masyarakat juga dapat menilai kelebihan pasangan calon jika dibandingkan dengan calon yang lain. Sebelumnya pun, masyarakat telah menonton debat secara teliti dan antusias, serta banyak poin yang disampaikan oleh pasangan calon di siaran langsung yang menjadi bagian dari perbicangan publik yang hangat. Baik secara offline maupun online, bahasan bansos ataupun cryptocurrency menjadi topik yang diperdebatkan para calon maupun mereka yang nanti akan memilih mereka. Namun, apakah debat capres-cawapres berpengaruh terhadap pilihan yang akan dicoblos oleh masyarakat Indonesia di bilik suara nantinya?

Litbang Kompas telah melakukan jajak pendapat melalui telepon setelah dua debat sebelumnya diselenggarakan. Lembaga ini sendiri telah malang-melintang melakukan survei dan riset yang akurat di berbagai pemilu Indonesia. Dari segi antusiasme, publik dapat dipastikan mengikuti apa yang ditayangkan di televisi ataupun melalui kanal Youtube, dengan meningkatnya antusiasme dari 56,4% di debat pertama menjadi 66,5% di debat kedua. Kompas mencatat bahwa sosok pemuda yang ditampilkan oleh Gibran Rakabuming Raka menarik perhatian publik.

Sumber: KPU RI/Youtube

Namun, debat ternyata tidak berpengaruh banyak bagi keputusan pemilih. Di debat pertama 73,4% responden mengatakan pilihannya tidak terpengaruh oleh debat, dengan hanya 9,7% penonton berubah pikiran setelah debat. Di debat kedua, 66,7% responden tidak berubah pikiran, berbanding dengan 11,3% yang beralih ke kandidat lain.

Saiful Mujani dari SMRC menyampaikan hal yang serupa. Bahkan, elektabilitas dan hasil survei para paslon sebelum dan setelah debat tidak berubah sejak Pilpres 2004. Ia menjelaskan bahwa mereka yang menonton debat biasanya sudah terlebih dahulu menentukan pilihannya sebelum menonton, dan tidak merubah pikiran mereka setelah debat. Meskipun debat bisa mengubah pendapat mereka yang masih belum memilih atau mereka yang disebut dengan ‘pemilih mengambang’, Mujani menyatakan bahwa debat capres tidak menyentuh populasi ini.

Sumber: Wikimedia Commons

Lebih lanjut, Idil Akbar dari Universitas Padjadjaran Bandung juga menyampaikan bahwa debat capres tidak terlalu signifikan bagi para pendukung yang telah menentukan pilihannya. Ia juga mencatat bahwa para peserta debat seringkali kurang membahas isu-isu yang menyentuh lapisan bawah masyarakat. Selain itu, beberapa kali para pasangan calon kurang memberikan jawaban yang konkrit kepada masalah tertentu,seperti pemberantasan korupsi. Namun, Idil tetap menyukai jalannya debat dan berharap bahwa acara ini dapat menjadi bagian dari edukasi politik publik.

Selain itu, pengamat politik lainnya memaparkan bahwa debat masih bisa mempengaruhi mereka yang belum menentukan pilihannya. Para swing voters dapat melihat apa yang dibicarakan oleh para pasangan calon, bagaimana mereka menggunakan retorika dalam meyakinkan penonton, dan apakah mereka memiliki wawasan yang luas untuk mendukung program yang ingin mereka laksanakan. Namun, dalam tahap ini, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menentukan siapa yang akan mereka coblos di kertas suara.

Exit mobile version