Para calon presiden datang ke debat ketiga salah satunya untuk membahas cybersecurity. Pada saat debat dimulai, Indonesia sedang berada dalam kondisi keamanan siber yang cukup buruk, dengan banyaknya kasus penipuan dan kebocoran data. Indonesia tercatat di National Cyber Security Index berada di peringkat 49 dari 176 negara. Di Asia Tenggara, cybersecurity Indonesia tertinggal dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Dalam studi SurfShark, Indonesia menjadi negara peringkat 13 di dunia yang paling sering terkena kebocoran data. Beberapa insiden besar di Indonesia cukup menarik perhatian global. Misalnya adalah kebocoran data 15 juta akun di Tokopedia pada April 2020. Juga selain itu adalah kebocoran 12,6 juta akun pengguna Indihome.
Memang, pemerintah sudah melakukan beberapa keputusan untuk menangkal hal ini. Salah satunya adalah dengan membuat Badan Siber dan Sandi Negara. Begitu juga dengan Undang Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang akhirnya disahkan oleh DPR. Namun, langkah-langkah ini masih bagian awal dari menjaga keamanan dunia digital di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih sering mendapati bahwa data-data yang mereka unggah ke dalam internet seringkali bocor atau diketahui pihak ketiga tanpa izin pemegang data. Apalagi, beberapa kali muncul kasus jual beli data di forum-forum tertentu. Beberapa di antaranya membocorkan data yang dipegang oleh pemerintah.
Ketiga pasangan calon memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi isu cybersecurity ini. Dalam visi misi mereka, Anies dan Muhaimin akan berfokus kepada ancaman siber. Bahkan, mereka menganggap cyber attack sebagai bagian dari terorisme dan peperangan non konvensional. Sedangkan Prabowo dan Gibran berencana akan meningkatkan kekuatan keamanan teknologi informasi teknologi. Mereka, seperti Ganjar dan Mahfud, juga akan memperkuat BSSN. Namun, Ganjar akan melakukan langkah lebih lanjut dengan membentuk Angkatan Siber TNI.
Namun, dari ketiga pasangan calon, Anies Baswedan memberikan fokus lebih terhadap isu cybersecurity. Ia menyoroti 800 juta serangan siber yang dilancarkan ke device masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2022. Data ini selaras dengan analisa dari BSSN yang turut mencatat bawha serangan paling sering diarahkan ke penyelenggara sistem elektronik di sektor pemerintahan. Tak hanya itu, Anies juga mengkritik Kementerian Pertahanan yang dikepalai oleh Prabowo. Ia memaparkan bahwa lembaga yang dipimpin calon presiden nomor urut 2 itu pernah kebobolan hacker di tahun 2023.
Orang meninggal bukan karena serangan militer tapi virus HP kita, komputer kita diserang oleh cyber attack, lebih dari 800 juta cyber attack
– Anies Baswedan
Di kesempatan lain, Anies juga berpendapat bahwa pemerintah Indonesia kurang cekatan dan lugas dalam menyelesaikan masalah cybersecurity. Ia merasa tidak banyak yang dikerjakan oleh pemerintah petahana selama lima tahun terakhir untuk memperkuat sistem siber. Anies, sering disebut sebagai teknokrat, juga mengingatkan pentingnya pengadaan teknologi terbaru untuk merespon cyber attack. Tidak hanya itu, baginya, pemulihan sistem pasca-penyerangan juga krusial dalam topik cybersecurity. Hal-hal ini baginya penting, sebab ancaman siber tidak hanya menghantui instansi pemerintah, namun juga mencapai level keluarga dan individu.
