Gibran Rakabuming disorot masyarakat maupun media massa atas performanya dalam debat cawapres kedua semalam (21/01). Bagaimana tidak, ia dianggap sebagai satu-satunya cawapres yang tidak siap dalam memaparkan ide dan gagasan maupun dalam menjawab pertanyaan dari panelis. Tak hanya itu, ia juga dianggap terlalu jumawa dan meremehkan lawan bicaranya, seperti saat ia tidak mau menjelaskan istilah yang ia gunakan ketika bertanya pada Mahfud MD. Ia juga beberapa kali menyindir Cak Imin atas hal-hal yang berada di luar materi debat.
Sebelumnya, Gibran diberitakan tidak memiliki persiapan spesifik untuk menghadapi debat. Ia hanya menjawab singkat ketika menjawab pertanyaan wartawan soal persiapannya menghadapi debat. Tidak hanya itu, tim kampanye-nya juga mengatakan Gibran telah bersantai menjelang debat karena ‘sudah siap’ untuk berlaga. Bahkan, Gibran disebutkan hanya “kulineran dan menonton video Youtube” menjelang debat cawapres.
Kepercayaan diri Gibran terlihat saat laga debat. Ia berkali-kali menyerang cawapres lain, baik Mahfud MD maupun Cak Imin. Ia, misalnya, menolak untuk menjelaskan istilah ilmiah yang ia gunakan meskipun telah ditegur moderator. Gibran malah berkata bahwa lawan bicaranya, Mahfud MD, merupakan seorang profesor yang sudah pasti cerdas. Mahfud membalas dengan penolakan untuk menjawab pertanyaan Gibran. Ia juga menegur Gibran yang baginya mengirimkan ‘pertanyaan recehan’ dan ‘tidak layak dijawab’.
Mahfud MD merasa ia dijebak untuk mengarahkan jawaban ke arah tertentu. Saat gilirannya bertanya pada Gibran saat debat, Mahfud mengawali pertanyaannya dengan berkata bahwa tak seperti anak Presiden tersebut, ia menghormati calon wakil presiden lain. “Oleh karena itu, saya tidak akan memberikan pertanyaan yang menjebak” tegurnya.
Tak hanya itu, Cak Imin juga menjadi sindiran dari Gibran sepanjang debat berlangsung. Ia mengkritik Cak Imin yang banyak melihat catatannya saat menjawab maupun memberikan catatan. Tak hanya itu, ia juga menyorot botol tumblr plastik yang digunakan Cak Imin ketika sedang membahas isu lingkungan.
Sindiran ini dibalas oleh Cak Imin yang mengatakan bahwa “tidak apa-apa membawa catatan, asal bukan catatan dari MK (Mahkamah Konstitusi)“. Hal ini merujuk kontroversi diubahnya persyaratan calon wakil presiden yang melanggengkan Gibran ke panggung pemilu. Membalas sindiran tersebut, Gibran kemudian menyenggol cawapres nomor urut 01 tersebut yang ia anggap lebih rileks dan tidak tegang jika dibandingkan dengan debat cawapres pertama.
Kepercayaan diri Gibran saat debat tidak berjalan mulus. Meskipun ia beberapa kali mencoba menyerang cawapres lain, namun serangannya ditangkis atau malah berbalik arah seperti pada saat ia bertanya pada Mahfud MD. Tak hanya itu, beberapa kali ia dianggap tidak mampu menjawab pertanyaan, mengulang jawaban, atau mengeluarkan jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaan.
Gibran malah banyak mengeluarkan gimik, seakan-akan untuk menyeimbangi bagaimana partnernya, Prabowo, dihujani pertanyaan dari capres lain pada debat capres – cawapres sebelumnya. Jika menengok kembali ke pernyataan ia dan timnya soal bagaimana ia tak terlalu sibuk dengan persiapan dan lebih sibuk kulineran atau menonton video youtube, maka dapat diperkirakan bahwa ia mengandalkan gimik dan sindirannya untuk memenangi hati penonton saat debat.
Memang, berbagai survei telah mengatakan bahwa debat capres – cawapres tidak akan mengubah para pendukung calon tertentu untuk berpindah haluan. Acara seperti ini lebih berfungsi sebagai pendidikan politik alih-alih sebagai sarana mengarahkan pemilih untuk mendukung paslon. Namun, tentu muncul kekhawatiran jika dalam laga perdebatan, dua cawapres datang dengan persiapan dan briefing dari ahli, sedangkan satu cawapres datang dengan niatan memberikan serangan, sindiran, dan gestur gimik kepada cawapres lain.
