Para calon pemimpin/capres Indonesia wajib memahami ASEAN dan posisi Indonesia dalam dinamika Asia Tenggara. Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan pemain kunci di politik kawasan. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi bagian yang sangat penting dari ASEAN. Pada beberapa tahun terakhir, banyak peristiwa dan fenomena yang berkaitan langsung dengan peran ASEAN di kawasan. Beberapa contohnya adalah konflik Laut Cina Selatan, ekstradisi kriminal, isu Rohingya, dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para capres soal ASEAN dan apa rencana mereka.
Anies Baswedan soal ASEAN
Anies memeiliki pemahaman yang cukup ekstensif soal ASEAN. Sebelum berkarir di politik, ia sering terlibat dalam acara-acara ASEAN ataupun berbicara dalam forum-forum terkait. Tahun lalu, ia berbicara di University of Oxford usai upacara pengangkatan anggota International Advisory Board di Institute of ASEAN Studies dalam universitas tersebut. Dalam kesempatan tersebut, ia memaparkan pentingnya kawasan regional Asia Tenggara dalam dinamika politik internasional. Ia menjelaskan juga perkembangan ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang akan berdampak signifikan terhadap perdagangan internasional.
Ia juga pernah meraih ASEAN Student Awards Program dan pernah diundang di ASEAN 100 Leadership Forum. Pada saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia juga pernah menampilkan pemahaman yang mumpuni soal ASEAN melalui keynote speech-nya dalam The 7th Southeast Asian Studies Symposium 2018: What is Southeast Asian? Exploring Uniqueness and Diversity di Universitas Indonesia. Ia kembali menekankan pentingnya dinamika Asia Tenggara dan pentingnya peran Indonesia di dalam situasi tersebut.
Saat debat capres-cawapres ketiga, Anies juga beberapa kali membawa isu ASEAN ke dalam debat. Dalam membahas isu Laut Cina Selatan,
ia mengkritik Ganjar yang tidak menyebutkan ASEAN sebagai bagian dari solusinya. Ia mengatakan pentingnya posisi Indonesia di ASEAN dan bagaimana organisasi tersebut harus dipimpin oleh Indonesia secara dominan. Ia juga menyorot bagaimana dinamika politik kawasan membuat Tiongkok seringkali ikut serta dalam politik Asia Tenggara melalui ASEAN. “Negara-negara ASEAN yang sekarang ini menjadi pintu masuk bagi kekuatan Tiongkok, misalnya terhadap wilayah Laut Cina Selatan, apakah itu melalui Laos, apakah itu melalui Myanmar” papar Anies saat debat kemarin.
Ketika ia berbicara di Conference on Indonesian Foreign Policy, ia juga menekankan bahwa Indonesia harus menekankan keterlibatan mereka dalam ASEAN daripada di G20. Meskipun keduanya penting, bagi Anies, kedekatan ASEAN dengan situasi di Indoneisa menjadikan organisasi tersebut sebagai prioritas.
Ganjar Pranowo soal ASEAN
Ganjar Pranowo memahami peran ASEAN di kerangka dinamika global yang lebih besar. Dalam debat ketiga, ia mengatakan bahwa Indonesia harus lebih berperan di kawasan Asia Tenggara maupun di Indo-Pasifik, terutama soal konteks rivalitas global antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Agar hal ini dapat tercapai, Ganjar sebagai capres menyarankan adanya revitalisasi ASEAN. Ia mengatakan bahwa revitalisasi ini dibutuhkan agar organisasi regional tersebut dapat bekerja secara lebih efektif dan lebih powerful dalam konteks menjaga perdamaian Asia-Pasifik yang lebih luas. Ganjar memaparkan bahwa hal ini penting akibat beberapa konflik high-profile di kawasan Asia Tenggara. Konflik Laut Cina Selatan, misalnya, akan menarik perhatian kekuatan-kekuatan adidaya dan negara-negara besar. Oleh karena itu, ASEAN harus lebih bersatu dan lebih kuat untuk menjadi suara regional yang kokoh.
Pernyataan ini merespon kritik dari Anies yang menyebabkan permasalahan Laut Cina Selatan harus menyebutkan ASEAN sebagai pemain kawasan. Lebih lanjut, Ganjar dianggap memiliki solusi untuk turut serta menyelesaikan konflik LCS via organisasi regional tersebut. Andi Widjajanto, eks-gubernur Lemhanas, mengatakan bahwa Ganjar sudah memikirkan idenya secara matang. Ganjar mengatakan Documentation of Conduct dari ASEAN tidak berjalan secara efektif dalam 20 tahun terakhir. Calon presiden dari PDIP tersebut ingin menggunakan, misal, ASEAN Regional Forum untuk menahan negara-negara agar tidak melakukan ekskalasi konflik lebih lanjut.
Dengan nada serupa, capres nomor urut 3 ini juga berharap ASEAN dapat secara signifikan membantu konflik Rohingya di Myanmar. “ASEAN harus mengambil alih kepemimpinan itu dan mestinya segera berkomunikasi dan diplomat kita mengambil inisiatif luar negeri yang aktif yang ada di dalam sikap kita,” ucap Ganjar di acara CSIS pada November tahun lalu. Namun, harapan yang ia sampaikan lagi-lagi membutuhkan ASEAN yang lebih kuat dari segi politik maupun kepemimpinan.
Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa revitalisasi ASEAN diperlukan akibat proses pengambilan keputusan dan struktur organisasi yang kompleks dan seringkali bertele-tele. Dalam kesempatan sebelumnya ia juga mengatakan bahwa organisasi itu membutuhkan gebrakan dalam berbagai bidang, dan memberikan nilai tambah bagi negara-negara anggotanya. Hal ini diakui oleh Probo Daryono Yakti, dosen HI Universitas Airlangga. Ia menyebutkan apa yang menjadi prinsip dan norma yang sering disebut dengan ASEAN Way membuat pengambilan keputusan seringkali tidak menemui titik akhir. Dalam ASEAN yang telah direvitalisasi, Ganjar mengharapkan Indonesia sebagai negara terbesar dan salah satu yang terkuat di Asia Tenggara menjadi pemimpin dalam proyek tersebut.
Saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, ia juga melakukan langkah-langkah serius untuk menjalin kerjasama ekonomi dan bisnis dengan negara-negara ASEAN.
Prabowo Subianto soal ASEAN
Prabowo Subianto juga banyak membicarakan ASEAN, terutama dari segi keamanan dan pertahanan regional. Ia pernah menyatakan bahwa organisasi tersebut berpengaruh terhadap stabilitas kawasan demi kepentingan nasional masing-masing. Oleh karena itu, ia pernah mendorong kerjasama ASEAN dengan Amerika Serikat untuk peningkatan kapasitas untuk menghadapi ancaman.
Sama seperti Ganjar, capres nomor urut 2 ini juga mendorong negara-negara anggota ASEAN agar turut serta dalam penyelesaian konflik Rohingya. Ia menyatakan bahwa organisasi tersebut harus juga memastikan bahwa Myanmar mencapai perdamaian. Hal ini disampaikan dalam forum dialog Menhan se-ASEAN pada November tahun lalu.
Stabilitas, keamanan, dan perdamaian banyak ditekankan oleh Prabowo soal politik luar negeri, termasuk di dalamnya di kawasan Asia Tenggara. Ia pernah menyatakan sekaligus membanggakan bahwa kondisi geopolitik Asia Tenggara memungkinkan negara-negara di dalamnya untuk dapat berfokus ke dalam urusannya masing-masing. Dalam pemaparannya di KTT ASEAN terakhir, ia menyebutkan bahwa ASEAN merupakan kawasan paling stabil di dunia. Hal ini memang menjadi salah satu tujuan didirikannya ASEAN pada beberapa dekade silam, selaras dengan prinsip Indonesia yang tidak berafiliasi dengan negara tertentu dan bersikap secara bebas-aktif.
Ia juga mendorong jaringan komunikasi dan kerjasama yang lebih meluas dan konkrit di antara negara-negara Asia Tenggara, terutama di ranah pertahanan. “Di planet kita yang semakin kecil ini, kebutuhan akan kerja sama, kompromi, dan pemahaman sangatlah mendesak,” kata Prabowo di pertemuan ADMM pada akhir tahun lalu. Selain itu, Prabowo juga pernah mengajak negara-negara ASEAN untuk membantu Palestina dalam perjuangan mereka melawan penjajahan Israel.
